Mengapa kecepatan pencapaian keberhasilan setiap orang berbeda? Padahal mereka membaca buku yang sama, datang ke seminar yang sama, mendengarkan kaset motivasi yang sama, menonton video seminar yang sama, konsultasi pada pakar yang sama, dan menetapkan target yang sama? Anda mungkin juga akan mengajukan pertanyaan yang sama saat melihat kawan anda berkembang jauh lebih cepat dari diri anda. Padahal resource yang digunakan semuanya sama. Mengapa bisa seperti ini ?
Pernahkah anda sendiri mengalami atau melihat kawan anda yang sekian lama berusaha namun belum juga berhasil. Namun pada suatu saat, secara tiba-tiba dan ajaib, anda atau kawan anda langsung melejit ke puncak tangga sukses. Seakan-akan sukses itu begitu mudah dicapai. Pernah mengalami atau melihat kawan yang seperti ini? Semua butuh proses. Semua ada waktunya. Ada Hukum Alam yang dinamakan dengan Hukum Proses. Sukses tidak semudah membalik telapak tangan namun juga semudah membalik telapak tangan.
Bagi anda yang kritis anda pasti akan berkata, ? Pak, pernyataan anda di atas mencerminkan belief system anda mengenai sukses. Karena pada level yang lebih dalam (deep structure) ada konflik dalam diri anda. Yang satu mengatakan bahwa sukses itu tidak mudah sedangkan satu bagian lagi mengatakan sukses itu mudah. Pernyataan anda bersifat paradoks atau saling bertentangan?.
Apa maksud saya dengan sukses tidak semudah membalik telapak tangan dan semudah membalik telapak tangan?
Misalkan sukses itu sebagai garis bilangan yang diletakkan secara vertikal. Titik start adalah di angka 0 (nol) dan angka 10 adalah sukses. Nah, kebanyakan dari kita tidak menyadari atau tidak tahu di mana posisi kita saat kita memulai proses perjalanan, secara sadar, untuk menuju sukses. Jika kita memulai perjalanan dari titik 0 (nol) maka sukses tidak terlalu sulit untuk dicapai. Apalagi bila kita memulai dari angka 2 atau 3. Semakin ke atas, angkanya, maka semakin mudah kita untuk sukses. Mengapa bisa begini? Karena secara mental, emosional, dan psikis kita siap. Sampai di sini saya belum bicara aspek spiritual dari masing-masing personal manusia, Sukses akan semakin mudah dicapai apabila kita memasukkan variabel spiritual kedalam proses pencapaian.
Lalu bagaimana dengan orang yang telah berusaha keras namun kok nggak juga bisa berhasil? Yang benar bukan ? nggak bisa? tapi ? belum bisa?
Banyak orang yang, karena salah programming sebagai akibat dari proses pendidikan, pengajaran, pengasuhan, pengembangan sikap, cara berpikir, mental, dan emosional yang salah, memulai proses pendakian tangga keberhasilan bukan dari titik 0 (nol) atau pada angka yang positif, misalnya 1,2, atau 3 atau 4. Umumnya mereka memulai proses perjalanan sukses dari titik di bawah angka nol atau minus. Bisa dari -2, -3, -4, atau bahkan ? 10. Hal ini menjawab mengapa ada begitu banyak orang yang telah berusaha keras namun kok belum sukses.
Sebenarnya mereka telah mulai merealisasikan sukses dalam diri mereka. Mereka mulai bergerak dari titik minus ke titik nol, titik awal sukses yang sesungguhnya, titik yang menjadi base line atau Ground Zero keberhasilan. Sudah tentu dibutuhkan upaya keras untuk bisa naik ke titik nol.
Winners never quit and quitters never win? Orang gagal bukan karena mereka tidak bisa sukses namun karena mereka berhenti mencoba. Mereka merasa tidak mencapai hasil apapun. Padahal proses transformasi diri sedang berlangsung dalam diri mereka.
Pertanyaannya sekarang adalah apa sih sebenarnya yang membuat seseorang berada di daerah minus, di bawah titik nol?
Mental block, pengalaman negatif yang traumatik, belief system dan value yang menghambat pencapaian prestasi, asumsi sukses yang salah, emosi-emosi negatif, dan masih banyak lagi. Sebenarnya yang saya sampaikan pada berbagai kesempatan itu merujuk pada satu hal yang sama yaitu ? sesuatu? yang menghambat pencapaian tujuan. Singkat kata, program-program pikiran yang menghambat pencapaian prestasi hidup.
Agar anda mudah memahami maksud saya maka saya akan memberikan contoh ekstrim, yang memang benar-benar terjadi pada diri seorang wanita, sebut saja Ani. Ani merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya. Ia merasa sangat sulit untuk berkembang walaupun telah berusaha keras. Apa sih yang menghambat diri Ani dalam mencapai sukses?
Melalui proses terapi yang intens akhirnya ditemukan bahwa Ani, pada masa kecilnya, mengalami sexually abused. Emosi negatif dari pengalaman yang sangat traumatik ini muncul dalam bentuk perasaan malu, perasaan bersalah, perasaan diri tidak berharga, perasaan takut, insecurity, sedih, marah, keinginan untuk membalas dendam namun tidak berdaya. Jika anda lihat skala pada Peta Kesadaran di atas maka semua emosi negatif ini berada di bawah base line courage/keberanian.
Ani berada jauh di bawah titik nol. Entah minus berapa. Mungkin bisa minus 50 atau bahkan minus 100. Tidak ada cara lain untuk bisa membantu Ani segera naik ke titik nol kecuali melalui terapi yang intensif. Ani, bila tidak diterapi secara benar sehingga semua beban emosi dari pengalaman traumatik ini bisa di-release total, tidak mungkin akan bisa berhasil dalam hidupnya. Semua emosi negatif ini menjadi excess baggage atau beban yang selalu ia bawa dalam hidupnya.
Apa akibat pengalaman traumatik ini pada perilaku keseharian Ani? Ani adalah orang yang rendah diri, pemalu, tidak percaya diri, tidak berani bergaul, jarang keluar rumah, hampir tidak punya teman, tidak punya kawan pria padahal usianya sudah lebih dari 35 tahun, merasakan hidupnya hampa, tidak antusias, merasa dirinya ?kotor?, dan tidak berani bila harus mengambil sikap tegas dan keras. Dengan kondisi seperti ini kira-kira kalau hanya ikut seminar dan baca buku apakah Ani bisa berubah dengan cepat?
Kalau mental block seseorang tidak terlalu berat maka cukup dengan sering membaca buku, konsultasi, mendengar kaset, ke seminar, bersikap yakin, dan membentuk kebiasaan baru secara sadar, maka block ini pasti dapat diatasi. Kita, secara perlahan tapi pasti, mulai naik dari titik minus ke titik nol. Saya hanya bisa memberikan jawaban bahwa sukses adalah suatu perjalanan dan membutuhkan proses. Semua bergantung pada titik start setiap orang. Berbeda dengan Ani maka orang seperti Ani membutuhkan dukungan/motivator agar bisa sedikit demi sedikit merubah dan mengantarkan transfromasi dirinya menjadi personal yang lebih baik, Semua yang terlihat instan sebenarnya adalah akibat atau hasil dari suatu proses yang panjang. Proses transformasi diri itu sendiri memiliki dua level yang substansial yaitu pada level bawah sadar (subconscious) dan level sadar (conscious).
Salah seorang filsuf ternama dengan sangat gamblang menjelaskan esensi perubahan diri hanya dalam satu kalimat saat ia berkata, "Until you make the unconscious conscious, it will direct your life and you will call it fate."
Bagi anda yang kritis anda pasti akan berkata, ? Pak, pernyataan anda di atas mencerminkan belief system anda mengenai sukses. Karena pada level yang lebih dalam (deep structure) ada konflik dalam diri anda. Yang satu mengatakan bahwa sukses itu tidak mudah sedangkan satu bagian lagi mengatakan sukses itu mudah. Pernyataan anda bersifat paradoks atau saling bertentangan?.
Apa maksud saya dengan sukses tidak semudah membalik telapak tangan dan semudah membalik telapak tangan?
Misalkan sukses itu sebagai garis bilangan yang diletakkan secara vertikal. Titik start adalah di angka 0 (nol) dan angka 10 adalah sukses. Nah, kebanyakan dari kita tidak menyadari atau tidak tahu di mana posisi kita saat kita memulai proses perjalanan, secara sadar, untuk menuju sukses. Jika kita memulai perjalanan dari titik 0 (nol) maka sukses tidak terlalu sulit untuk dicapai. Apalagi bila kita memulai dari angka 2 atau 3. Semakin ke atas, angkanya, maka semakin mudah kita untuk sukses. Mengapa bisa begini? Karena secara mental, emosional, dan psikis kita siap. Sampai di sini saya belum bicara aspek spiritual dari masing-masing personal manusia, Sukses akan semakin mudah dicapai apabila kita memasukkan variabel spiritual kedalam proses pencapaian.
Lalu bagaimana dengan orang yang telah berusaha keras namun kok nggak juga bisa berhasil? Yang benar bukan ? nggak bisa? tapi ? belum bisa?
Banyak orang yang, karena salah programming sebagai akibat dari proses pendidikan, pengajaran, pengasuhan, pengembangan sikap, cara berpikir, mental, dan emosional yang salah, memulai proses pendakian tangga keberhasilan bukan dari titik 0 (nol) atau pada angka yang positif, misalnya 1,2, atau 3 atau 4. Umumnya mereka memulai proses perjalanan sukses dari titik di bawah angka nol atau minus. Bisa dari -2, -3, -4, atau bahkan ? 10. Hal ini menjawab mengapa ada begitu banyak orang yang telah berusaha keras namun kok belum sukses.
Sebenarnya mereka telah mulai merealisasikan sukses dalam diri mereka. Mereka mulai bergerak dari titik minus ke titik nol, titik awal sukses yang sesungguhnya, titik yang menjadi base line atau Ground Zero keberhasilan. Sudah tentu dibutuhkan upaya keras untuk bisa naik ke titik nol.
Winners never quit and quitters never win? Orang gagal bukan karena mereka tidak bisa sukses namun karena mereka berhenti mencoba. Mereka merasa tidak mencapai hasil apapun. Padahal proses transformasi diri sedang berlangsung dalam diri mereka.
Pertanyaannya sekarang adalah apa sih sebenarnya yang membuat seseorang berada di daerah minus, di bawah titik nol?
Mental block, pengalaman negatif yang traumatik, belief system dan value yang menghambat pencapaian prestasi, asumsi sukses yang salah, emosi-emosi negatif, dan masih banyak lagi. Sebenarnya yang saya sampaikan pada berbagai kesempatan itu merujuk pada satu hal yang sama yaitu ? sesuatu? yang menghambat pencapaian tujuan. Singkat kata, program-program pikiran yang menghambat pencapaian prestasi hidup.
Agar anda mudah memahami maksud saya maka saya akan memberikan contoh ekstrim, yang memang benar-benar terjadi pada diri seorang wanita, sebut saja Ani. Ani merasakan ada yang tidak beres dengan dirinya. Ia merasa sangat sulit untuk berkembang walaupun telah berusaha keras. Apa sih yang menghambat diri Ani dalam mencapai sukses?
Melalui proses terapi yang intens akhirnya ditemukan bahwa Ani, pada masa kecilnya, mengalami sexually abused. Emosi negatif dari pengalaman yang sangat traumatik ini muncul dalam bentuk perasaan malu, perasaan bersalah, perasaan diri tidak berharga, perasaan takut, insecurity, sedih, marah, keinginan untuk membalas dendam namun tidak berdaya. Jika anda lihat skala pada Peta Kesadaran di atas maka semua emosi negatif ini berada di bawah base line courage/keberanian.
Ani berada jauh di bawah titik nol. Entah minus berapa. Mungkin bisa minus 50 atau bahkan minus 100. Tidak ada cara lain untuk bisa membantu Ani segera naik ke titik nol kecuali melalui terapi yang intensif. Ani, bila tidak diterapi secara benar sehingga semua beban emosi dari pengalaman traumatik ini bisa di-release total, tidak mungkin akan bisa berhasil dalam hidupnya. Semua emosi negatif ini menjadi excess baggage atau beban yang selalu ia bawa dalam hidupnya.
Apa akibat pengalaman traumatik ini pada perilaku keseharian Ani? Ani adalah orang yang rendah diri, pemalu, tidak percaya diri, tidak berani bergaul, jarang keluar rumah, hampir tidak punya teman, tidak punya kawan pria padahal usianya sudah lebih dari 35 tahun, merasakan hidupnya hampa, tidak antusias, merasa dirinya ?kotor?, dan tidak berani bila harus mengambil sikap tegas dan keras. Dengan kondisi seperti ini kira-kira kalau hanya ikut seminar dan baca buku apakah Ani bisa berubah dengan cepat?
Kalau mental block seseorang tidak terlalu berat maka cukup dengan sering membaca buku, konsultasi, mendengar kaset, ke seminar, bersikap yakin, dan membentuk kebiasaan baru secara sadar, maka block ini pasti dapat diatasi. Kita, secara perlahan tapi pasti, mulai naik dari titik minus ke titik nol. Saya hanya bisa memberikan jawaban bahwa sukses adalah suatu perjalanan dan membutuhkan proses. Semua bergantung pada titik start setiap orang. Berbeda dengan Ani maka orang seperti Ani membutuhkan dukungan/motivator agar bisa sedikit demi sedikit merubah dan mengantarkan transfromasi dirinya menjadi personal yang lebih baik, Semua yang terlihat instan sebenarnya adalah akibat atau hasil dari suatu proses yang panjang. Proses transformasi diri itu sendiri memiliki dua level yang substansial yaitu pada level bawah sadar (subconscious) dan level sadar (conscious).
Salah seorang filsuf ternama dengan sangat gamblang menjelaskan esensi perubahan diri hanya dalam satu kalimat saat ia berkata, "Until you make the unconscious conscious, it will direct your life and you will call it fate."
Good Luck!
Untuk Mendapatkan Tips Terbaru Otomatis ke Inbox Email Anda, Silahkan Masukkan Email ke dalam Form yang ada di Bawah ini :
1 comments:
I had to do as she said unwillingly. links of london pendants When I saw the, I found that I was greatly attracted by it. It cheap links of london pendants Flutter & Wow Silver Bracelet. It was said that the name came from a play called Wow and Flutter. cheap links of london pendants The true silver bracelet featured two asymmetrical, links london pendants nucleus-shaped cages playfully killing from unique spirit shaped links. links of london pendants uk I genuinely respected the designer who had such inspiration. I had to admit that I cheap links of london chains liked the Links of London Flutter & Wow Silver Bracelet very much.
Posting Komentar