Suatu ketika saya sedang berada dipabrik salah satu Konsumen saya untuk menyelesaikan Proyek Pekerjaan Jaringan Komputer disana, Konsumen saya ini bercerita bahwa ia telah beberapa kali berhasil mencapai goal-nya tanpa harus berdoa seperti orang pada umumnya. Saya lalu menggali lebih lanjut dan bertanya, ? Kalau tidak berdoa, seperti kebanyakan orang, lalu apa yang Bapak lakukan??
Ya itu... saya juga bingung. Saya hanya punya keinginan atau harapan saja. Nggak pernah berdoa sampai minta-minta sama Tuhan. Misalnya saat saya ingin pindah dari Bangka ke Jakarta. Saya lalu menyampaikan hal ini ke pimpinan saya. Permintaan saya disetujui. Namun setelah saya pikir-pikir lagi, akan jauh lebih baik, melihat peluang pasar yang ada, kalau saya pindah ke Semarang. Nah, pas hari H saya mau pindah, eh.. pimpinan saya malah memindahkan saya ke Surabaya. Padahal saya nggak pernah ngomong kalau mau ke Jakarta karena saya merasa sungkan. Lha, permintaan saya kan ke Semarang,? jelas kawan saya ini. Kawan saya lalu menceritakan beberapa kejadian lain yang ia alami yang tampaknya bersifat kebetulan saja. Apa yang ia harapkan ternyata benar-benar terjadi. Dan ini ia dapatkan dengan mudah.
OK, Teman, sebelum saya bercerita lebih jauh saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada anda, ? Apakah anda rajin Sholat? Apakah anda rajin berdoa? Apakah doa yang anda panjatkan kepada Sang Hidup, Tuhan, atau Sang Maha Pencipta, sering, jarang, atau malah nggak pernah terkabul? Pernahkah anda bertemu dengan kawan anda yang jarang ?berdoa? namun kualitas hidupnya jauh lebih baik dari Anda? Tuhan ini benar-benar adil atau nggak, sih??
Saya sangat percaya bahwa Sang Hidup, Tuhan, atau Sang Maha Pencipta bersifat adil seadil-adilnya. Hal ini saya imani dan saya amini dengan sepenuh hati. Sama sekali tidak ada keraguan dalam hati saya mengenai hal ini. Bagaimana dengan Anda? Namun, Mengapa ada banyak doa yang tidak mendapat jawaban? Mengapa ada orang yang tampaknya nggak ? spiritual? tapi kok ya hidupnya jauh lebih baik dari orang yang mengaku ? spiritual??
Dulu, pertanyaan yang sama sangat mengganggu pikiran saya. Saya berusaha mencari jawabannya. Dan, setelah mencari cukup lama saya akhirnya sampai pada satu kesimpulan, yang menurut saya pribadi, merupakan kunci bagi doa yang cespleng. Saya berangkat dengan satu keyakinan bahwa Allah bersifat Maha Adil dan akan selalu menjawab setiap doa kita, seperti yang tertulis dalam kitab suci Al-Quran, ? “Wahai manusia berdoalah kepadaKu maka akan Aku Kabulkan” “Allah Maha Suci tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila Kaum itu sendiri tidak mau merubahnya (Al-Quran)”
Menurut saya Ada dua tahap yang harus diperhatikan agar doa kita bisa benar-benar cespleng. Bicara mengenai doa sebenarnya bukan hanya menyangkut apa yang kita panjatkan atau ucapkan. Bila kita berdoa, yang paling berpengaruh, saya ulangi dan tekankan, yang paling berpengaruh, adalah suasana hati atau perasaan kita, bukan kata-kata yang kita susun dengan sedemikian indah seperti syair. Doa masuk dalam ranah rasa/afeksi bukan semata-mata urusan kognisi...
Langkah pertama, sebelum kita bisa berdoa dengan baik, benar, dan tulus adalah dengan membersihkan hati dan pikiran kita dari muatan-muatan emosi negatif (Ikhlas dan Pasrah hanya kepada Allah Sang Pencipta). Bagaimana caranya? Dengan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Dengan memaafkan...
Memaafkan mengandung makna kita melepas semua beban pikiran, semua luka batin atau pengalaman traumatik dari masa lalu, semua perasaan diri kotor dan tidak berharga, ketakutan, iri-dengki, kemarahan, dan berbagai emosi negatif lainnya...yang secara sadar dan tidak sadar kita dapatkan dan kita alami dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari...
Setelah kita mampu Memaafkan barulah kita melanjutkan ke Langkah Kedua yaitu kita harus yakin dan percaya bahwa Sang Hidup, Tuhan, atau Sang Maha Pencipta telah menyediakan apapun yang kita perlukan, dan saat ini kita telah mendapatkannya. Jadi, ini sebenarnya sama seperti saat kita melakukan afirmasi atau visualisasi. Yakinlah kalau apa yang kita impikan atau inginkan sudah berhasil kita raih...tekankan Sudah berhasil diraih....ingat itu..Kapan doa kita dikabulkan? Nah, kalau yang ini urusan dan rahasia Allah Sang Maha Suci. Semua butuh proses. Kita nggak bisa main paksa (emang siapa kita..??). Semua ada waktunya. Intinya, kita perlu mengembangkan perasaan Yakin, Syukur Nikmat, dan Pasrah bahwa semua hal yang baik akan terjadi dalam hidup kita...
Apa dan siapa saja yang perlu kita maafkan?
Kita harus memaafkan diri kita sendiri. Seringkali orang tidak bisa berdamai dengan diri mereka sendiri. Untuk itu, sebagai langkah awal, maafkanlah diri Anda sendiri. Terima, syukuri keadaan Anda, dan cintailah diri Anda apa adanya. Seringkali yang menghambat diri kita adalah perasaan bersalah, kesedihan mendalam, kekecewaan, kemarahan, sakit hati, dendam, takut, iri, dengki, frustrasi, dan stress!!!. Sadarilah bahwa diri Anda yang sekarang adalah hasil dari proses perjalanan hidup sebelumnya yang sangat panjang dan penuh dengan liku-liku. Jadi, diri Anda di masa depan akan ditentukan oleh apa yang Anda lakukan saat ini. Semua bisa dan akan berubah menjadi lebih baik.
Kita harus bisa memaafkan orang lain yang pernah “menyakiti” kita. Kata ?menyakiti? saya tulis dalam tanda kutip karena sering kali yang terjadi adalah kita salah memberikan makna atas apa yang kita alami. Dengan kata lain seringkali apa yang kita alami sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Peristiwa itu menjadi ?menyakitkan? karena pikiran kita salah dalam memberikan makna dan mengakibatkan munculnya emosi negatif terhadap peristiwa itu. Nah, yang menyakitkan adalah emosi negatif yang terus kita rasakan karena kita melekat pada perasaan itu.
Setelah memaafkan orang lain kita perlu memaafkan masa lalu kita. Apapun kejadian, peristiwa, situasi, atau apa saja yang pernah kita alami di masa lalu baik & buruknya, yang kita rasa menyakiti hati kita, perlu kita maafkan, syukuri dan simpan dalam ruang nostalgia dalam hati dan perasaan kita...
kita perlu melepas (istilah teknisnya ? release) emosi dan pemikiran negatif mengenai Allah. Maha Pencipta Seringkali baik secara sadar maupun tidak sadar kita marah, kecewa, sakit hati, dan jengkel sama Allah. Memang, kita nggak berani mengungkapkan perasaan ini secara terbuka karena takut dosa. Namun ketidakpuasan kita terhadap Allah tampak dalam kalimat ?Nasib saya kok seperti ini ya??, ?Ya, memang sudah takdir saya seperti ini?, ?Hidup adalah penderitaan?, ?Kemalangan dan kepahitan hidup ini adalah cobaan dari Allah?, dan masih banyak ungkapan ?kreatif? lainnya....
Ketidakpuasan kita terhadap Allah juga tampak dalam sikap kita yang tidak bersyukur dan berterima kasih, kepada Allah, untuk keadaan dan keberadaan kita. Secara tidak sadar kita sering membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Celakanya, saat membandingkan diri kita dengan orang lain, yang selalu kita bandingkan adalah kekurangan kita dengan kelebihan orang lain. Kalau sudah seperti ini, suka atau tidak, mau jujur atau tidak, pasti muncul perasaan tidak senang di hati kita karena melihat keadaan orang lain lebih baik dari keadaan kita. Biasanya yang muncul adalah perasaan iri dan dengki. Iri artinya kita susah lihat orang lain senang. Sedangkan dengki artinya kita senang lihat orang lain susah.
Setelah kita bisa memaafkan dengan tulus, apa langkah selanjutnya? Langkah selanjutnya ya berdoa. Cuma kali ini kita akan menggunakan segenap perasaan Anda, sudah tentu perasaan positif, syukur, terima kasih, dan pasrah dan juga ekstra hati-hati dalam memilih kata yang Anda ucapkan saat berkomunikasi (baca: doa) dengan Sang Maha...
Seringkali saya menemukan orang menggunakan kesempatan indah ini, saat berkomunikasi dengan Allah, untuk mengutuk orang lain atau justru meminta Tuhan untuk menghukum orang yang tidak mereka senangi, Biasanya mereka akan berkata,?Saya doakan agar nanti kamu celaka. Biarlah Allah yang membalas semua kejahatanmu. Saya nggak bisa membalas kamu... ya nggak apa-apa. Allah punya mata dan telinga. Allah Maha Adil dan pasti akan membalaskan semua perbuatanmu?. Ini semua nggak benar. Lha, masa Tuhan diajak kerja sama untuk melakukan hal-hal yang negatif? Walaupun memang Allah akan mengabulkan segala Doa baik dan buruknya, Namun untuk pertanggungjawabannya nanti akan kembali kepada kita...!
Akan sangat berbeda bila kita justru memaafkan dan mendoakan kebahagiaan orang yang telah menyakiti kita. Bila kita mampu melakukan hal ini dengan tulus maka efeknya terhadap hidup kita akan sangat dahsyat dan positif. Anda nggak percaya? Silakan coba sendiri....Kalau doa kita samakan dengan afirmasi maka sudah tentu kita hanya boleh mengucapkan hal-hal positif yang dilandasi oleh perasaan atau emosi positif dan konstruktif. Afirmasi yang menggunakan kata-kata negatif dan diperkuat dengan emosi negatif dijamin nggak akan bisa jalan. Malah kita yang akan mendapatkan hal-hal negatif yang kita afirmasikan. Hal ini sejalan dengan Hukum Sebab Akibat. Karena Apa pun yang kita perbuat melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan kita akan kembali pada kita...
Sekarang coba perhatikan doa yang biasa diucapkan oleh kebanyakan orang. Mereka seringkali mohon kepada Allah agar mereka ?tidak susah?, ?tidak menderita?, ?tidak sakit?, ?tidak miskin?, ?anaknya tidak nakal?, ?usahanya tidak mengalami hambatan?, ?terhindar dari cobaan?, dan masih banyak ?afirmasi? negatif lainnya....
Bukankah akan jauh lebih indah, powerful, dan positif bila kalimat yang sama kita reframe menjadi ?bahagia?, ?senang?, ?sehat?, ?kaya dan makmur?, ?anaknya baik dan penurut?, ?usaha lancar dan untung?, ?hidup lancar, aman, dan tentram??
Emosi-emosi negatif seperti rasa malu, rasa bersalah, kesedihan mendalam, takut, dan marah membuat kita semakin jauh dari pencerahan spiritual. kembali pada cerita konsumen saya di atas, ternyata setelah berdiskusi cukup lama saya akhirnya mendapatkan kunci keberhasilannya. Saya tahu mengapa ia dapat dengan sangat mudah mencapai apa yang ia inginkan walaupun seakan-akan ia tidak pernah memintanya melalui doa.
Lalu apa rahasianya? Ternyata konsumen saya ini bercerita bahwa ia telah berhasil mengendalikan emosi marahnya. Sudah 10 tahun ia tidak pernah marah saat berada di kantor. Dengan kemampuan pengendalian diri dan level kesadaran sebaik ini efeknya tentu sangat luar biasa. Saya bisa merasakan aura yang bersih dan level serta vibrasi medan energi tubuh yang kuat dan menenangkan. Kondisi ini berpengaruh sangat positif pada suasana kerja di kantornya.
Kondisi ini sudah tentu sangat mempengaruhi pikirannya, khususnya pikiran bawah sadarnya. Mengapa saya menyinggung pikiran bawah sadar? Karena semua emosi letaknya di pikiran bawah sadar. Dan doa yang paling cespleng adalah doa (baca: afirmasi) yang selalu diucapkan oleh pikiran bawah sadar. walaupun memang segala sesuatunya dan Nasib seseorang adalah Allah yang Mengaturnya...namun dengan memenuhi diri kita dengan hal-hal yang bersifat positip akan membuat kesempatan Doa kita untuk terkabul menjadi lebih besar??? Jadi ayo kita lakukan dari sekarang...!!!
Pernahkah terpikir oleh Anda bahwa doa yang paling tulus, yang bisa kita panjatkan pada Sang Hidup, adalah hidup kita. Benar.., hidup kita adalah doa kita yang paling khusyuk. Kualitas hidup kita mencerminkan kualitas doa kita. "Our prayers are answered not when we are given what we ask but when we are challenged to be what we can be!"
OK, Teman, sebelum saya bercerita lebih jauh saya ingin mengajukan beberapa pertanyaan pada anda, ? Apakah anda rajin Sholat? Apakah anda rajin berdoa? Apakah doa yang anda panjatkan kepada Sang Hidup, Tuhan, atau Sang Maha Pencipta, sering, jarang, atau malah nggak pernah terkabul? Pernahkah anda bertemu dengan kawan anda yang jarang ?berdoa? namun kualitas hidupnya jauh lebih baik dari Anda? Tuhan ini benar-benar adil atau nggak, sih??
Saya sangat percaya bahwa Sang Hidup, Tuhan, atau Sang Maha Pencipta bersifat adil seadil-adilnya. Hal ini saya imani dan saya amini dengan sepenuh hati. Sama sekali tidak ada keraguan dalam hati saya mengenai hal ini. Bagaimana dengan Anda? Namun, Mengapa ada banyak doa yang tidak mendapat jawaban? Mengapa ada orang yang tampaknya nggak ? spiritual? tapi kok ya hidupnya jauh lebih baik dari orang yang mengaku ? spiritual??
Dulu, pertanyaan yang sama sangat mengganggu pikiran saya. Saya berusaha mencari jawabannya. Dan, setelah mencari cukup lama saya akhirnya sampai pada satu kesimpulan, yang menurut saya pribadi, merupakan kunci bagi doa yang cespleng. Saya berangkat dengan satu keyakinan bahwa Allah bersifat Maha Adil dan akan selalu menjawab setiap doa kita, seperti yang tertulis dalam kitab suci Al-Quran, ? “Wahai manusia berdoalah kepadaKu maka akan Aku Kabulkan” “Allah Maha Suci tidak akan merubah nasib suatu kaum apabila Kaum itu sendiri tidak mau merubahnya (Al-Quran)”
Menurut saya Ada dua tahap yang harus diperhatikan agar doa kita bisa benar-benar cespleng. Bicara mengenai doa sebenarnya bukan hanya menyangkut apa yang kita panjatkan atau ucapkan. Bila kita berdoa, yang paling berpengaruh, saya ulangi dan tekankan, yang paling berpengaruh, adalah suasana hati atau perasaan kita, bukan kata-kata yang kita susun dengan sedemikian indah seperti syair. Doa masuk dalam ranah rasa/afeksi bukan semata-mata urusan kognisi...
Langkah pertama, sebelum kita bisa berdoa dengan baik, benar, dan tulus adalah dengan membersihkan hati dan pikiran kita dari muatan-muatan emosi negatif (Ikhlas dan Pasrah hanya kepada Allah Sang Pencipta). Bagaimana caranya? Dengan membuka pintu maaf selebar-lebarnya. Dengan memaafkan...
Memaafkan mengandung makna kita melepas semua beban pikiran, semua luka batin atau pengalaman traumatik dari masa lalu, semua perasaan diri kotor dan tidak berharga, ketakutan, iri-dengki, kemarahan, dan berbagai emosi negatif lainnya...yang secara sadar dan tidak sadar kita dapatkan dan kita alami dalam menjalani kehidupan kita sehari-hari...
Setelah kita mampu Memaafkan barulah kita melanjutkan ke Langkah Kedua yaitu kita harus yakin dan percaya bahwa Sang Hidup, Tuhan, atau Sang Maha Pencipta telah menyediakan apapun yang kita perlukan, dan saat ini kita telah mendapatkannya. Jadi, ini sebenarnya sama seperti saat kita melakukan afirmasi atau visualisasi. Yakinlah kalau apa yang kita impikan atau inginkan sudah berhasil kita raih...tekankan Sudah berhasil diraih....ingat itu..Kapan doa kita dikabulkan? Nah, kalau yang ini urusan dan rahasia Allah Sang Maha Suci. Semua butuh proses. Kita nggak bisa main paksa (emang siapa kita..??). Semua ada waktunya. Intinya, kita perlu mengembangkan perasaan Yakin, Syukur Nikmat, dan Pasrah bahwa semua hal yang baik akan terjadi dalam hidup kita...
Apa dan siapa saja yang perlu kita maafkan?
Kita harus memaafkan diri kita sendiri. Seringkali orang tidak bisa berdamai dengan diri mereka sendiri. Untuk itu, sebagai langkah awal, maafkanlah diri Anda sendiri. Terima, syukuri keadaan Anda, dan cintailah diri Anda apa adanya. Seringkali yang menghambat diri kita adalah perasaan bersalah, kesedihan mendalam, kekecewaan, kemarahan, sakit hati, dendam, takut, iri, dengki, frustrasi, dan stress!!!. Sadarilah bahwa diri Anda yang sekarang adalah hasil dari proses perjalanan hidup sebelumnya yang sangat panjang dan penuh dengan liku-liku. Jadi, diri Anda di masa depan akan ditentukan oleh apa yang Anda lakukan saat ini. Semua bisa dan akan berubah menjadi lebih baik.
Kita harus bisa memaafkan orang lain yang pernah “menyakiti” kita. Kata ?menyakiti? saya tulis dalam tanda kutip karena sering kali yang terjadi adalah kita salah memberikan makna atas apa yang kita alami. Dengan kata lain seringkali apa yang kita alami sebenarnya bukanlah sesuatu yang menyakitkan. Peristiwa itu menjadi ?menyakitkan? karena pikiran kita salah dalam memberikan makna dan mengakibatkan munculnya emosi negatif terhadap peristiwa itu. Nah, yang menyakitkan adalah emosi negatif yang terus kita rasakan karena kita melekat pada perasaan itu.
Setelah memaafkan orang lain kita perlu memaafkan masa lalu kita. Apapun kejadian, peristiwa, situasi, atau apa saja yang pernah kita alami di masa lalu baik & buruknya, yang kita rasa menyakiti hati kita, perlu kita maafkan, syukuri dan simpan dalam ruang nostalgia dalam hati dan perasaan kita...
kita perlu melepas (istilah teknisnya ? release) emosi dan pemikiran negatif mengenai Allah. Maha Pencipta Seringkali baik secara sadar maupun tidak sadar kita marah, kecewa, sakit hati, dan jengkel sama Allah. Memang, kita nggak berani mengungkapkan perasaan ini secara terbuka karena takut dosa. Namun ketidakpuasan kita terhadap Allah tampak dalam kalimat ?Nasib saya kok seperti ini ya??, ?Ya, memang sudah takdir saya seperti ini?, ?Hidup adalah penderitaan?, ?Kemalangan dan kepahitan hidup ini adalah cobaan dari Allah?, dan masih banyak ungkapan ?kreatif? lainnya....
Ketidakpuasan kita terhadap Allah juga tampak dalam sikap kita yang tidak bersyukur dan berterima kasih, kepada Allah, untuk keadaan dan keberadaan kita. Secara tidak sadar kita sering membandingkan keadaan kita dengan orang lain. Celakanya, saat membandingkan diri kita dengan orang lain, yang selalu kita bandingkan adalah kekurangan kita dengan kelebihan orang lain. Kalau sudah seperti ini, suka atau tidak, mau jujur atau tidak, pasti muncul perasaan tidak senang di hati kita karena melihat keadaan orang lain lebih baik dari keadaan kita. Biasanya yang muncul adalah perasaan iri dan dengki. Iri artinya kita susah lihat orang lain senang. Sedangkan dengki artinya kita senang lihat orang lain susah.
Setelah kita bisa memaafkan dengan tulus, apa langkah selanjutnya? Langkah selanjutnya ya berdoa. Cuma kali ini kita akan menggunakan segenap perasaan Anda, sudah tentu perasaan positif, syukur, terima kasih, dan pasrah dan juga ekstra hati-hati dalam memilih kata yang Anda ucapkan saat berkomunikasi (baca: doa) dengan Sang Maha...
Seringkali saya menemukan orang menggunakan kesempatan indah ini, saat berkomunikasi dengan Allah, untuk mengutuk orang lain atau justru meminta Tuhan untuk menghukum orang yang tidak mereka senangi, Biasanya mereka akan berkata,?Saya doakan agar nanti kamu celaka. Biarlah Allah yang membalas semua kejahatanmu. Saya nggak bisa membalas kamu... ya nggak apa-apa. Allah punya mata dan telinga. Allah Maha Adil dan pasti akan membalaskan semua perbuatanmu?. Ini semua nggak benar. Lha, masa Tuhan diajak kerja sama untuk melakukan hal-hal yang negatif? Walaupun memang Allah akan mengabulkan segala Doa baik dan buruknya, Namun untuk pertanggungjawabannya nanti akan kembali kepada kita...!
Akan sangat berbeda bila kita justru memaafkan dan mendoakan kebahagiaan orang yang telah menyakiti kita. Bila kita mampu melakukan hal ini dengan tulus maka efeknya terhadap hidup kita akan sangat dahsyat dan positif. Anda nggak percaya? Silakan coba sendiri....Kalau doa kita samakan dengan afirmasi maka sudah tentu kita hanya boleh mengucapkan hal-hal positif yang dilandasi oleh perasaan atau emosi positif dan konstruktif. Afirmasi yang menggunakan kata-kata negatif dan diperkuat dengan emosi negatif dijamin nggak akan bisa jalan. Malah kita yang akan mendapatkan hal-hal negatif yang kita afirmasikan. Hal ini sejalan dengan Hukum Sebab Akibat. Karena Apa pun yang kita perbuat melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan kita akan kembali pada kita...
Sekarang coba perhatikan doa yang biasa diucapkan oleh kebanyakan orang. Mereka seringkali mohon kepada Allah agar mereka ?tidak susah?, ?tidak menderita?, ?tidak sakit?, ?tidak miskin?, ?anaknya tidak nakal?, ?usahanya tidak mengalami hambatan?, ?terhindar dari cobaan?, dan masih banyak ?afirmasi? negatif lainnya....
Bukankah akan jauh lebih indah, powerful, dan positif bila kalimat yang sama kita reframe menjadi ?bahagia?, ?senang?, ?sehat?, ?kaya dan makmur?, ?anaknya baik dan penurut?, ?usaha lancar dan untung?, ?hidup lancar, aman, dan tentram??
Emosi-emosi negatif seperti rasa malu, rasa bersalah, kesedihan mendalam, takut, dan marah membuat kita semakin jauh dari pencerahan spiritual. kembali pada cerita konsumen saya di atas, ternyata setelah berdiskusi cukup lama saya akhirnya mendapatkan kunci keberhasilannya. Saya tahu mengapa ia dapat dengan sangat mudah mencapai apa yang ia inginkan walaupun seakan-akan ia tidak pernah memintanya melalui doa.
Lalu apa rahasianya? Ternyata konsumen saya ini bercerita bahwa ia telah berhasil mengendalikan emosi marahnya. Sudah 10 tahun ia tidak pernah marah saat berada di kantor. Dengan kemampuan pengendalian diri dan level kesadaran sebaik ini efeknya tentu sangat luar biasa. Saya bisa merasakan aura yang bersih dan level serta vibrasi medan energi tubuh yang kuat dan menenangkan. Kondisi ini berpengaruh sangat positif pada suasana kerja di kantornya.
Kondisi ini sudah tentu sangat mempengaruhi pikirannya, khususnya pikiran bawah sadarnya. Mengapa saya menyinggung pikiran bawah sadar? Karena semua emosi letaknya di pikiran bawah sadar. Dan doa yang paling cespleng adalah doa (baca: afirmasi) yang selalu diucapkan oleh pikiran bawah sadar. walaupun memang segala sesuatunya dan Nasib seseorang adalah Allah yang Mengaturnya...namun dengan memenuhi diri kita dengan hal-hal yang bersifat positip akan membuat kesempatan Doa kita untuk terkabul menjadi lebih besar??? Jadi ayo kita lakukan dari sekarang...!!!
Pernahkah terpikir oleh Anda bahwa doa yang paling tulus, yang bisa kita panjatkan pada Sang Hidup, adalah hidup kita. Benar.., hidup kita adalah doa kita yang paling khusyuk. Kualitas hidup kita mencerminkan kualitas doa kita. "Our prayers are answered not when we are given what we ask but when we are challenged to be what we can be!"
Salam Sukses !
Untuk Mendapatkan Tips Terbaru Otomatis ke Inbox Email Anda, Silahkan Masukkan Email ke dalam Form yang ada di Bawah ini :
1 comments:
I had to do as she said unwillingly. links of london pendants When I saw the, I found that I was greatly attracted by it. It cheap links of london pendants Flutter & Wow Silver Bracelet. It was said that the name came from a play called Wow and Flutter. cheap links of london pendants The true silver bracelet featured two asymmetrical, links london pendants nucleus-shaped cages playfully killing from unique spirit shaped links. links of london pendants uk I genuinely respected the designer who had such inspiration. I had to admit that I cheap links of london chains liked the Links of London Flutter & Wow Silver Bracelet very much.
Posting Komentar